PenjuruNegeri.Com – Ketegangan antara Israel dan Iran memasuki babak baru. Dalam dua minggu terakhir, pertempuran sengit lewat serangan rudal dan drone membuat jumlah korban di kedua pihak melonjak tajam hingga melampaui angka 650 jiwa.
Menurut data terbaru lembaga pemantau HAM Iran (HRANA), setidaknya 657 orang tewas di Iran—termasuk 560 personel militer dan puluhan warga sipil, di antaranya wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 2.000 orang lainnya terluka dalam serangan udara dan rudal balistik bertubi-tubi yang melanda pangkalan militer, permukiman, hingga fasilitas publik di seantero negeri.
Di pihak Israel, jumlah korban tewas dilaporkan berkisar 24 hingga 30 orang, sementara lebih dari 200 warga terluka, sebagian besar akibat serangan drone dan rudal Sejjil yang berhasil menembus kubah pertahanan Iron Dome. Salah satu insiden paling mencolok adalah rusaknya Soroka Medical Center di Beersheba, membuat layanan darurat di rumah sakit itu terganggu dan memperparah kepanikan warga.
Pemerintah kedua negara saling melontarkan ancaman dan ultimatum. Presiden Amerika Serikat bahkan menetapkan tenggat dua minggu agar dialog damai segera bergulir, sementara di saat bersamaan, Eropa berupaya mendorong Iran agar mau melanjutkan pembicaraan nuklir. Namun, Menteri Luar Negeri Iran menegaskan bahwa pihaknya hanya akan membuka pintu negosiasi bila agresi Israel dihentikan sepenuhnya.
Dalam pertemuan di Jenewa, utusan Eropa dan PBB mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan melindungi warga sipil. Namun hingga berita ini diturunkan, baku tembak dan serangan udara tetap berlangsung di garis perbatasan dan kota-kota besar.
Situasi ini turut memicu keprihatinan global. Selain meningkatnya angka korban dan pengungsi, harga minyak mentah di pasar dunia juga merangkak naik di tengah kekhawatiran terganggunya jalur perdagangan di Selat Hormuz. Para analis memperingatkan bahwa eskalasi lebih luas bisa melumpuhkan stabilitas kawasan dan berdampak hingga ke Asia dan Eropa.

Tinggalkan Balasan