Media pemerintah Iran mengklaim berhasil menembak jatuh hingga tiga jet tempur siluman F-35 milik Israel serta menangkap salah satu pilot wanita Israel. Namun, pihak militer Israel secara resmi membantah klaim tersebut dan menyebutkan informasi tersebut sebagai bagian dari operasi propaganda Teheran untuk mengangkat moral domestik.

Hingga kini, belum ada konfirmasi independen terkait validitas klaim penembakan F-35 tersebut.

Ancaman Regional Mengintai: Hormuz Hingga Yaman

Krisis ini tidak hanya mengancam kedua negara, tetapi juga berpotensi meluas ke kawasan:

  • Iran mengancam akan menutup jalur vital pengiriman minyak global di Selat Hormuz, memicu ketegangan di pasar energi dunia.
  • Kelompok Houthi di Yaman, sekutu Iran, turut meluncurkan serangan rudal jarak jauh ke wilayah Israel, menambah dimensi regional konflik.
  • Milisi pro-Iran di Lebanon dan Suriah dilaporkan juga dalam posisi siaga, mempersiapkan serangan tambahan jika diminta oleh Teheran.

Dunia Serukan De-Eskalasi

Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, PBB, Uni Eropa, dan beberapa negara Teluk, secara aktif menyerukan kedua pihak untuk menahan diri. Presiden AS saat ini, Donald Trump, memperingatkan konsekuensi serius jika serangan Iran mengancam kepentingan Amerika, meski ia juga mengklaim konflik “bisa diselesaikan dengan mudah melalui negosiasi”.

Sekjen PBB dan sejumlah pemimpin dunia menyatakan situasi ini sebagai “saat paling berbahaya bagi Timur Tengah dalam dua dekade terakhir”.

Krisis Terburuk Sejak Perang Iran-Irak

Pengamat militer menilai konflik ini sebagai bentrokan militer langsung terbesar antara Iran dan Israel dalam sejarah modern, melampaui intensitas serangan proksi selama bertahun-tahun.

Sejumlah analis juga memperingatkan, bila eskalasi tak segera diredam, bukan tidak mungkin terjadi konfrontasi kawasan yang menyeret negara-negara Teluk, Turki, bahkan melibatkan kekuatan global.