PenjuruNegeri – KERINCI – Suasana berubah mencekam saat aksi unjuk rasa puluhan warga dari Desa Pulau Pandan dan Desa Karang pandan pada Kamis (21/08/25). Mereka turun ke jalan menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) milik PT Kerinci Merangin Hidro yang berdiri di kawasan Kecamatan bukit kerman, Kabupaten Kerinci.
Aksi berlangsung di pintu masuk proyek, tepat di dekat Jembatan Desa Tanjung Batu. Awalnya, massa yang didominasi ibu-ibu rumah tangga itu hanya ingin menyampaikan tuntutan. Namun, situasi berubah panas. Dorong-dorongan dengan aparat tak terhindarkan, hingga akhirnya pecah kericuhan.

Teriak jeritan pecah di tengah kepulan gas air mata. Ibu ibu berlari, bahkan ada yang terkena lemparan. Seorang ibu rumah tangga mengalami pendarahan akibat lemparan, saling serang dan dorong, bahkan ada yang pingsan. Puluhan warga, terutama kaum perempuan, mengalami iritasi parah pada mata hingga sulit bernapas akibat gas air mata yang ditembakkan polisi.
Video amatir yang beredar di media sosial memperlihatkan detik-detik menegangkan saat warga berusaha bertahan menghadapi barisan aparat. Dalam hitungan jam, potongan video itu viral, memancing simpati sekaligus amarah warganet.
Bagi masyarakat dua desa ini, aksi tersebut bukanlah yang pertama. Mereka telah berkali-kali turun ke jalan menuntut kompensasi yang dianggap belum sesuai janji perusahaan. Lebih dari itu, warga juga mulai merasakan dampak lingkungan: seperti aliran air sungai, lahan pertanian yang terancam, dan rasa khawatir akan masa depan mereka di tengah pembangunan bendungan raksasa tersebut.
“Yang kami minta hanya keadilan. Jangan jadikan kami korban atas pembangunan ini,” teriak salah satu warga dengan mata sembab, sambil menangis akibat iritasi gas air mata.
Bagi dua warga desa tersebut, Kerinci tidak hanya dihadapkan pada proyek energi berskala besar, tetapi juga luka sosial yang semakin dalam di tengah masyarakat.
