PenjuruNegeri.Com – Kerinci — Rabu sore (11/06) berubah menjadi mimpi buruk bagi warga Desa Sebukar, Kerinci. Sekitar pukul 18.00 WIB, kobaran api tiba-tiba membesar tak jauh dari kawasan pemukiman. Asap pekat membubung tinggi, lidah api menjilat dedaunan kering dan rumpun bambu. Dalam hitungan menit, api mengancam rumah-rumah warga.

Namun, di tengah ancaman bencana besar, tak ada sirene pemadam kebakaran yang meraung. Tak satu pun mobil Damkar terlihat di lokasi. Warga yang panik pun terpaksa mengambil risiko besar: memadamkan api hanya dengan alat seadanya. Kayu, ember air, bahkan air mineral dalam botol menjadi senjata utama mereka melawan amukan si jago merah.

Berulang kali warga menghubungi pihak Damkar. Nomor Kasat Pol PP dan Damkar, hingga Kabid Damkar pun terus dihubungi. Namun jawaban yang mereka terima justru kian memperburuk situasi. “Mobil dalam perjalanan,” begitu jawaban yang berulang-ulang diterima warga. Faktanya, dua jam lebih warga menunggu, mobil pemadam yang dijanjikan tak kunjung tiba.

“Ini bukan sekadar keterlambatan, ini pembohongan publik!” seru Gafar, salah satu warga dengan nada penuh amarah.

Suasana mencekam semakin terasa saat kobaran api kian meluas, nyaris menyambar rumah-rumah warga. Di tengah rasa putus asa, warga bergotong-royong berjuang memadamkan api. Ada yang memukul api dengan kayu, ada yang menyiramkan air sumur, hingga air minum kemasan pun disiramkan ke kobaran api. Semua dilakukan demi menyelamatkan rumah dan nyawa mereka sendiri.

Beruntung, setelah hampir tiga jam berjibaku, warga akhirnya berhasil mengendalikan api pada pukul 21.00 WIB, tepat sebelum si jago merah melalap permukiman mereka.

Kekecewaan dan amarah warga pun memuncak. Mereka menuntut pihak berwenang, khususnya Dinas Pemadam Kebakaran, untuk bertanggung jawab atas kelalaian yang nyaris membawa bencana besar bagi Sebukar.

“Nyawa dan rumah kami menjadi taruhan! Kami tidak mau kejadian ini terulang lagi akibat kelalaian pihak-pihak yang seharusnya melindungi kami,” ungkap salah satu warga dengan wajah penuh kekecewaan.