PenjuruNegeri.Com – TANJUNG JABUNG TIMUR – Di tengah geliat pembangunan yang kerap digembar-gemborkan pejabat, masih ada kisah pilu dari pelosok Jambi yang terus terabaikan. Kabupaten Tanjung Jabung Timur, salah satu lumbung pertanian dan perikanan di pesisir timur Sumatera, kini menjadi simbol nyata dari janji pembangunan yang terperosok ke dalam kubangan.
Bukan sekadar lubang kecil, saat musim penghujan tiba jalan – jalan penghubung antar kecamatan seperti Rantau Rasau, Berbak, hingga Nipah Panjang berubah menjadi arena “off-road” bagi warga yang hanya ingin mengantar hasil tani atau membawa anak ke sekolah. Ironis, saat aspal di kota besar makin mulus, warga Tanjabtim justru harus melintasi genangan lumpur dengan risiko nyawa.
“Kami sudah lelah berharap. Kalau bukan kami yang bertindak, siapa lagi? Pemerintah hanya datang saat kampanye.” Ungkapan kesal Warga Rantau Rasau, setelah bertahun-tahun janji perbaikan tak kunjung nyata.
Sementara di Nipah Panjang, bebarapa warga ada yang menanam pohon pisang di tengah jalan yang berlubang dan tergenang. Aksi itu bukan sekadar simbol, tapi bentuk “makian” halus terhadap pemerintah yang dianggap tutup mata dan tuli telinga.
“Sudah kami sampaikan ke DPRD, ke camat, ke bupati, bahkan lewat media sosial. Tak ada satu pun yang turun tangan,” kata salah seorang petani kelapa dari Lambur II.
Kerusakan jalan bukan sekadar persoalan estetika atau kenyamanan. Ia menghantam jantung ekonomi warga. Komoditas seperti kelapa, kopra, dan ikan harus diangkut lebih mahal karena kendaraan kerap mogok atau terperosok.
“Saat Harga kopra lagi anjlok, ongkos kirim malah naik dua kali lipat. Kami bukan cuma rugi, kami bisa bangkrut,” ujar aktivis petani lokal.
Anak-anak sekolah terlambat karena sulitnya jalan terlebih saat hari hujan. Bahkan Ambulans harus memutar jauh untuk menjemput pasien. Di Kecamatan Sadu, ibu-ibu hamil harus dibawa dengan tandu karena mobil tak sanggup melewati jalan penuh kubangan.
Di tengah keprihatinan ini, suara pemerintah terdengar lirih—atau bahkan hilang. Tak ada keterangan resmi yang menjelaskan kapan jalan provinsi dan daerah ini akan diperbaiki permanen. Padahal, surat terbuka hingga laporan resmi sudah berkali-kali dikirim. Bahkan Bupati Tanjabtim sendiri sempat mengakui bahwa sebagian besar jalan di wilayahnya memang rusak parah.

Tinggalkan Balasan