PenjuruNegeri.Com – SAROLANGUN — Di tengah panasnya di Desa Ringkiling, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Jambi, sebuah insiden memilukan mengguncang hati masyarakat. Seorang sopir truk Hino asal Koto Tuo, Dharmasraya, Sumatera Barat, menjadi korban penusukan brutal setelah terlibat cekcok hanya karena menolak membeli dagangan di pinggir jalan.
Peristiwa berdarah ini terjadi pada Selasa, 22 Juli 2025, di Dusun Pematang Kuntilanak. Saat itu, korban yang hendak melanjutkan perjalanan diminta membeli barang dagangan oleh beberapa orang di pinggir jalan. Saat ia menolak, situasi memanas. Kata-kata berubah menjadi bentakan. Emosi berubah menjadi kekerasan.
Dalam hitungan detik, suasana berubah mencekam. Sopir malang itu tiba-tiba diserang secara membabi buta. Ia ditusuk di bagian punggung dan lengan, lalu dikeroyok di hadapan warga yang panik dan tak mampu berbuat banyak. Video amatir beredar detik-detik kejadian ini viral di media sosial dan memicu gelombang kemarahan netizen.
Korban yang bersimbah darah segera dilarikan ke RSUD Prof. Dr. H. M. Chatib Quzwai di Sarolangun. Di sana, ia mendapat perawatan intensif. Tubuhnya lemah. Matanya kosong. Ia tak menyangka perjalanan mencari nafkah bisa berujung nestapa.
Namun yang paling mengiris hati, adalah akhir dari kisah ini.
Alih-alih pelaku dijebloskan ke penjara, kasus ini diselesaikan secara damai melalui mekanisme restorative justice yang difasilitasi oleh Satreskrim Polres Sarolangun. Rabu, 23 Juli, kedua belah pihak dipanggil ke kantor polisi. Dalam ruangan yang dingin dan penuh tekanan, mereka dimediasi dan sepakat berdamai. Tanpa pengadilan. Tanpa hukuman penjara.
Publik pun bertanya-tanya: apakah nyawa dan luka hanya bisa ditebus dengan kata maaf?
Hingga berita ini ditulis, korban masih terbaring lemah di rumah sakit. Tragedi ini menjadi cermin suram tentang betapa tipisnya batas antara keselamatan dan bahaya di jalanan. Bagi para sopir truk, setiap kilometer bukan hanya soal jarak, tapi juga soal nyawa.

Tinggalkan Balasan