PenjuruNegeri.Com – TANJAB TIMUR – Suasana SMA Negeri 4 Kabupaten Tanjung Jabung Timur memanas. Ratusan siswa turun ke halaman sekolah dalam aksi demonstrasi yang berlangsung dua hari berturut-turut—Senin, 13 Oktober, dan kembali memuncak pada Rabu, 15 Oktober 2025. Dengan membawa spanduk dan seruan lantang, para siswa menuntut keadilan atas kebijakan sekolah yang dinilai sepihak dan merugikan mereka.
Pemicu utama kemarahan siswa adalah alih fungsi ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) menjadi kantin. Ruangan yang selama ini menjadi pusat kegiatan dan koordinasi organisasi pelajar tersebut kini berubah menjadi area jual beli makanan.
“Kami kecewa. Ruang OSIS itu tempat kami berdiskusi, rapat, dan merancang kegiatan sekolah. Tapi sekarang dijadikan kantin tanpa ada musyawarah sama sekali,” ungkap salah satu siswa dengan nada kecewa di tengah aksi.
Tak hanya soal ruang OSIS, massa pelajar juga menyoroti mandeknya pembangunan lapangan basket yang telah lama terbengkalai. Mereka menilai pihak sekolah kurang memperhatikan fasilitas pendukung kegiatan ekstrakurikuler, terutama di bidang olahraga dan seni.
“Kami ingin sekolah mendukung kreativitas kami. Lapangan basket sudah lama rusak dan tidak kunjung diperbaiki,” ujar siswa lainnya.
Namun, di balik riuhnya aksi pelajar ini, beredar dugaan adanya konflik internal antara kepala sekolah dan sejumlah guru yang menjadi pemicu memanasnya situasi. Informasi yang dihimpun menyebutkan, ketegangan di internal sekolah sudah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir dan memengaruhi iklim kegiatan siswa.
Meski begitu, hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah belum memberikan keterangan resmi terkait aksi demonstrasi dan tudingan adanya konflik di kalangan tenaga pendidik tersebut.
Para siswa berharap, aksi damai yang mereka lakukan dapat membuka mata pihak sekolah dan Dinas Pendidikan untuk meninjau kembali kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan peserta didik.
“Kami tidak menolak perubahan, tapi kami ingin dilibatkan. Sekolah seharusnya jadi tempat belajar, bukan tempat saling bertentangan,” tutup salah satu perwakilan siswa.


