PenjuruNegeri.Com – JALUR GAZA – Dalam 24 jam terakhir, serangan udara Israel di Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 76 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Salah satu serangan paling mematikan terjadi di kamp pengungsi Jabalia, Gaza Utara, di mana rumah-rumah warga dibombardir tanpa ampun. Menurut kesaksian warga kepada Al Jazeera, sekitar 50 orang dilaporkan tewas atau hilang dalam insiden tersebut.
Salah satu tragedi paling memilukan menimpa keluarga Dr. Alaa Najjar, seorang dokter anak di Rumah Sakit Nasser. Sembilan dari sepuluh anaknya tewas dalam serangan udara di rumah mereka di Khan Younis saat ia sedang bertugas. Suaminya mengalami luka parah, dan satu-satunya anak yang selamat berada dalam kondisi kritis.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan militan yang beroperasi di dekat pasukan mereka di zona perang yang berbahaya. Namun, mereka menyatakan sedang meninjau laporan mengenai korban sipil.
Sejak konflik kembali memanas pada 18 Maret 2025, lebih dari 53.900 orang telah tewas di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Akses terhadap makanan dan bantuan medis tetap sangat terbatas akibat blokade yang diberlakukan Israel.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa perang di Gaza telah memasuki fase paling brutal, dengan ribuan korban tewas dan akses bantuan yang sangat terbatas.
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan sebagian besar rumah sakit rusak atau hancur akibat serangan. Distribusi bantuan juga terhambat oleh prosedur keamanan yang rumit dan berbahaya.
Meskipun ada tekanan internasional untuk menghentikan kekerasan, Israel menyatakan akan melanjutkan operasi militernya hingga semua sandera yang ditahan Hamas dibebaskan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak syarat-syarat gencatan senjata yang diajukan Hamas dan bersikeras mempertahankan kendali atas Gaza.

Tinggalkan Balasan